DISDAS (Diskusi Cerdas) edisi Desember 2011 telah berjalan lancar pada Senin, 06 Desember 2011 kemarin pukul 11.30-13.00 WIB. Bertempat di basement gedung E FEB UB. Pada disdas kali ini mengangkat tema "Mengungkap Praktik Corporate Social Responsibility dan Prospeknya Dalam Mencegah Kerusakan Lingkungan" dengan narasumber Bapak Aang Kunaifi SE., Ak.
Disdas edisi ini berbentuk talkshow dimana di awal narasumber menjelaskan tentang tema yang diangkat lantas kemudian sesi tanya jawab yang di moderatori oleh Gita Apriyandhani mahasiswa Akuntansi 2009. Diskusi ini sungguh menarik ketika pemateri menanyakan “apakah akuntan harus bertanggung jawab kepada lingkungan?”. Terdapat beberapa mahasiswa yang mengatakan iya, namun juga ada yang berpendapat tidak. Menurut penelitian Trevor Wilmhurst dan Georf Frost pada tahun 1996, akuntan setuju bahwa harus ada laporan mengenai lingkungan hidup pada sebuah perusahaan. Namun, akuntan tidak mau jika pelestarian lingkungan dianggap sebagai tanggung jawab profesi akuntan. Bapak Aang memaparkan bahwa terdapat tiga tahap implementasi CSR: compliance, philantrophy, serta inovasi dan bisnis. Compliance dilakukan hanya untuk mematuhi peraturan. Perusahaan terpaksa melakukannya semata-mata hanya agar tidak dikenai sanksi dari pemerintah. Philantrophy atau green wash yaitu aktivitas donasi dan tindakan tanggungjawab perusahaan. Namun tahapan ini juga dinilai masih dangkal. Sedangkan pada tahapan inovasi dan bisnis strategi, berarti perusahaan melakukan CSR sebagai salah satu strategi perusahaan. Dapat dilakukan dengan ekoefisiensi, environment management accounting, eco product, dan zero emission. Ini merupakan tingkatan tertinggi dari ketiga tahapan CSR. Lalu, bagaimanakah menilai kinerja CSR? Kita dapat melihatnya dari aspek ketangguhan ekonomi, tanggung jawab lingkungan, dan akuntabilitas sosial. Dan yang terakhir, dibahas mengenai Sustainability Reporting atau laporan berkelanjutan. Yang menjadi pertanyaan adalah”apanya yang berkelanjutan?” tentunya berkelanjutan disini bukanlah keberlanjutan usaha, namun adalah keberlanjutan people, profit, dan planet. Laporan ini sering disebut “triple bottom line reporting” atau “three in on reporting”
Pada disdas Desember 2011 ini juga terdapat sesi tanya jawab dan pemberian cindera mata kepada 3 penanya terbaik dalam acara ini. Antusias peserta akan disdas ini terbukti dengan hadirnya hampir 30 mahasiswa yang teregistrasi dan masih banyak yang tidak teregistrasi (yang mendengarkan disamping basement). Sebagai penutup, terdapat hiburan akustik dari Bimanda, mahasiswa akuntansi 2010, yang membawakan dua buah lagu.
foto dan liputan oleh panitia Disdas 2011
Disdas edisi ini berbentuk talkshow dimana di awal narasumber menjelaskan tentang tema yang diangkat lantas kemudian sesi tanya jawab yang di moderatori oleh Gita Apriyandhani mahasiswa Akuntansi 2009. Diskusi ini sungguh menarik ketika pemateri menanyakan “apakah akuntan harus bertanggung jawab kepada lingkungan?”. Terdapat beberapa mahasiswa yang mengatakan iya, namun juga ada yang berpendapat tidak. Menurut penelitian Trevor Wilmhurst dan Georf Frost pada tahun 1996, akuntan setuju bahwa harus ada laporan mengenai lingkungan hidup pada sebuah perusahaan. Namun, akuntan tidak mau jika pelestarian lingkungan dianggap sebagai tanggung jawab profesi akuntan. Bapak Aang memaparkan bahwa terdapat tiga tahap implementasi CSR: compliance, philantrophy, serta inovasi dan bisnis. Compliance dilakukan hanya untuk mematuhi peraturan. Perusahaan terpaksa melakukannya semata-mata hanya agar tidak dikenai sanksi dari pemerintah. Philantrophy atau green wash yaitu aktivitas donasi dan tindakan tanggungjawab perusahaan. Namun tahapan ini juga dinilai masih dangkal. Sedangkan pada tahapan inovasi dan bisnis strategi, berarti perusahaan melakukan CSR sebagai salah satu strategi perusahaan. Dapat dilakukan dengan ekoefisiensi, environment management accounting, eco product, dan zero emission. Ini merupakan tingkatan tertinggi dari ketiga tahapan CSR. Lalu, bagaimanakah menilai kinerja CSR? Kita dapat melihatnya dari aspek ketangguhan ekonomi, tanggung jawab lingkungan, dan akuntabilitas sosial. Dan yang terakhir, dibahas mengenai Sustainability Reporting atau laporan berkelanjutan. Yang menjadi pertanyaan adalah”apanya yang berkelanjutan?” tentunya berkelanjutan disini bukanlah keberlanjutan usaha, namun adalah keberlanjutan people, profit, dan planet. Laporan ini sering disebut “triple bottom line reporting” atau “three in on reporting”
Pada disdas Desember 2011 ini juga terdapat sesi tanya jawab dan pemberian cindera mata kepada 3 penanya terbaik dalam acara ini. Antusias peserta akan disdas ini terbukti dengan hadirnya hampir 30 mahasiswa yang teregistrasi dan masih banyak yang tidak teregistrasi (yang mendengarkan disamping basement). Sebagai penutup, terdapat hiburan akustik dari Bimanda, mahasiswa akuntansi 2010, yang membawakan dua buah lagu.
foto dan liputan oleh panitia Disdas 2011
0 comments:
Posting Komentar